Kamis, 29 Maret 2012

PENYIMPANGAN ARTI DALAM SAJAK KUDETA KARYA YUKISASTRADIRJA
Kajian Stilistika




RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah bentuk penyimpangan arti yang terdapat dalam sajak Kudeta karya Yukisastradirja?
TUJUAN
Menjelaskan bentuk penyimpangan arti yang terdapat dalam sajak Kudeta karya Yukisastradirja


ANALISIS PEMBAHASAN
Sajak Kudeta karya Yukisastradirja


Kudeta
Presiden senyum pepsodent
Penyair sengih menyisir
Lelaki belah duren
Wanita mendesir
Malioboro, 04 Desember 2011


Penyimpangan Arti dalam Sajak Kudeta
Wujud kategori penyimpangan arti dalam sajak sering dihubungkan dengan kata-kata ambigu, kontradiksi, dan nonsense.


1. Ambiguitas, merupakan kata-kata, frase, dan kalimat pada sajak atau lirik yang memiliki banyak tafsir atau mempunyai arti ganda.


Lelaki belah duren


    Belah duren memiliki banyak tafsir. Belah duren bisa diartikan sebagai suatu tindakan membelah buah durian dan dapat pula diartikan sebagai hubungan bercinta antara seorang pria dan wanita dewasa. Hal tersebut disebabkan sejak kemunculan lagu dangdut berjudul Belah Duren, maka idiom tersebut mengarah pada kesan negatif atau porno. Sehingga baris tersebut seolah ingin mengatakan bahwa banyak pria (politisi) di negeri ini yang melakukan penyimpangan moral, seperti berhubungan seks dengan wanita yang bukan istrinya.


2. Kontradiksi, di dalam puisi erat kaitannya dengan penggunaan kata-kata yang berlawanan pilihan kata maupun maknanya. Kontradiksi dapat dikategorikan menjadi 5 yaitu:
     a. Antitesis, merupakan sejenis bahasa kiasan yang mengadakan komparasi atau perbandingan antara dua antonim.


         Lelaki belah duren
        Wanita mendesir


       Kata lelaki merupakan antonim dari kata wanita. Kedua kata tersebut menunjukkan bahwa pada baris ketiga dan keempat terdapat hubungan perbandingan antara dua antonim. Kata lelaki dan wanita diperbandingkan karena sebagai suatu bentuk penegasan bahwa Lelaki senang belah duren sementara wanita selalu mendesir.
     b. Paradoks, merupakan gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada.


           Penyair sengih menyisir


       Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sengih diartikan sebagai kegiatan membuka mulut sedikit hingga tampak gigi. Kata menyisir, yang berasal dari kata dasar sisir, diartikan sebagai berjalan di tepian. Dalam sajak Kudeta, kata sengih dan menyisir dianggap sebagai paradoks.
       Penyair sengih menyisir dipahami bahwa seorang penyair hanya mampu tersenyum sinis sembari mengikuti perkembangan kebijakan-kebijakan pemerintah dari “tepian” zaman. Penyair tidak bisa bersuara lantang mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah yang dinilai tidak pro rakyat. Tetapi padahal sesungguhnya, seorang penyair mampu mengkritik pemerintah melalui karya-karyanya dan pada kenyataannya, saat ini, banyak penyair yang justru mampu menumbangkan kebijakan-kebijakan pemerintah yang dianggap tidak pro rakyat.
      c. Hiperbola, merupakan sejenis bahasa kias yang mengandung kata-kata, frase, maupun kalimat yang berlebih-lebihan dalam jumlahnya, ukurannya, atau sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya.


       Wanita mendesir


           Baris di atas mengandung hiperbola yaitu pada kata mendesir. Kata desir erat kaitannya dengan angin. Sehingga mendesir pada baris di atas mengarah pada perilaku seorang wanita yang dianggap menyerupai angin, yaitu “tidak terlihat gerak-geriknya tetapi terasa keberadaannya”. Wanita dianggap sebagai sesuatu yang fleksibel dalam banyak hal. Hal ini dianggap sebagai suatu hiperbola.
           Dari pengertian tersebut, wanita mendesir dapat dipahami bahwa akhir-akhir ini, kejahatan lebih banyak dilakukan oleh kaum wanita sebab tindak-tanduk wanita tidak memunculkan kecurigaan dan wanita pun mampu mewujudkan tujuan dari niat jahatnya tersebut.
      d. Ironi, merupakan bahasa kias yang mengimplikasikan sesuatu yang nyata berbeda, bahkan ada kalanya bertentangan dengan yang sebenarnya dikatakan itu.


            Presiden senyum pepsodent


         Pepsodent mengarah pada suatu merk dagang berupa pasta gigi yang memiliki slogan “White Now membuat gigi tampak putih hanya dalam satu kali sikat gigi”. Kata Pepsodent memunculkan suatu ironi. Baris tersebut seolah ingin mengatakan bahwa presiden mampu menyelesaikan permasalahan bangsa dengan cepat dan tanggap, tetapi pada kenyataannya presiden sebagai kepala negara, tak jarang justru bertindak lambat menghadapi permasalahan-permasalahan bangsa Indonesia.
      e. Eufemisme, ialah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar, merugikan, atau tidak menyenangkan.


           Presiden senyum pepsodent


          Baris di atas sesungguhnya ingin mengatakan bahwa presiden Indonesia selalu bergerak lambat dan tidak tanggap terhadap permasalahan yang terjadi di Indonesia. Kata Pepsodent dipilih sebagai kata pengganti yang menggantikan maksud baris di atas yang sesungguhnya.


3. Nonsense, merupakan bentuk kata-kata yang secara linguistik tidak mempunyai arti, sebab tidak terdapat dalam kosakata.


    Presiden senyum pepsodent


           Kata pepsodent tidak mempunyai arti secara linguistik sebab pepsodent merupakan merk dagang. Tetapi pepsodent pada baris di atas memiliki makna, yaitu “White Now membuat gigi tampak putih hanya dalam satu kali sikat gigi” sesuai dengan slogan pasta gigi pepsodent yang berarti harapan untuk presiden Indonesia supaya dapat bertindak cepat dan tanggap sekaligus juga merupakan sindiran bagi presiden yang pada kenyataannya masih bertindak lambat dalam menangani permasalahan-permasalahan yang ada di Indonesia.


SIMPULAN
Bentuk penyimpangan arti yang terdapat dalam sajak Kudeta karya Yukisastradirja yaitu:
1. Ambiguitas, terdapat pada baris ketiga dalam sajak Kudeta
2. Kontradiksi
     a. Antitesis, terdapat pada baris ketiga dan keempat
     b. Paradoks, terdapat pada baris kedua
     c. Hiperbola, terdapat pada baris keempat
     d. Ironi, terdapat pada baris pertama
     e. Eufemisme, terdapat pada baris pertama
3. Nonsense, terdapat pada baris pertama

Tidak ada komentar: