Kamis, 19 Januari 2012

Hasil Liputan: PENGAMEN CILIK BERPENDAPATAN 3 JUTA PERBULAN




Namanya Slamet, seorang bocah asli Klaten bertinggi badan 140 cm tampak masuk dan mengamen di sebuah toko komputer yang terletak di Jalan Seturan. Sembari menunggu hujan reda sore itu, Slamet pun berteduh di emperan toko tersebut. Melihat Slamet yang masih berumur kira-kira 10 tahun, penulis tertarik menanyakan alasannya menjadi pengamen di usia sebelia itu. Ketika ditanya penghasilannya sebagai pengamen, Slamet mengaku berhasil mengumpulkan uang 100.000 rupiah setiap harinya dari hasil mengamen di perempatan UPN Jogja, dan beberapa toko di sekitar UPN. Jika dikalkulasikan, berarti pendapatan Slamet bisa mencapai angka 3 juta rupiah perbulan.
Menurutnya, jumlah tersebut belum dihitung berdasarkan jumlah pendapatan bila ia mengamen pada saat bulan ramadhan. Jika selain ramadhan, Slamet berhasil mengumpulkan 100.000 perhari, maka di bulan suci umat Islam, dimana masyarakat semakin sering bersedekah, Slamet berhasil mengumpulkan uang 500.000 rupiah perhari. Dengan begitu, berarti selama 1 bulan ramadhan saja Slamet mampu mengumpulkan uang 15 juta rupiah. Fantastis.

Penulis semakin tertarik menanyakan perihal “pekerjaan” Slamet lebih lanjut. “Uang itu untuk beli apa pun yang aku mau, aku bisa beli TV 29 inci.” Slamet mengaku bahwa ia membeli apa pun, termasuk barang-barang elektronika yang ia inginkan dengan uang dari hasil mengamen tersebut. Mendengar ceritanya, penulis kemudian bertanya, apakah Slamet juga punya rumah (mengingat Slamet memiliki barang-barang elektronika), ia mengaku bahwa dirinya beserta kedua orang tua tinggal di gubuk di bawah jembatan di Jalan Solo.

Slamet kemudian menceritakan perihal keluarganya. Slamet memiliki seorang adik yang juga menjadi pengamen. Begitu juga dengan kedua orang tuanya, sama-sama berprofesi sebagai pengamen. Slamet mengaku bahwa menjadi pengamen adalah pekerjaan yang sangat disukainya. Ia akan mendapatkan uang yang banyak dari hasil mengamen dan ia tidak perlu takut dibentak-bentak atasan jika pekerjaannya tidak beres, karena memang Slamet “berwirausaha”. Cita-cita tertinggi Slamet menjadi seorang pengamen sejati.

Ketika ditanya apakah dia masih ingin untuk melanjutkan sekolah? Mengingat Slamet telah mampu mengumpulkan uang banyak dan tentu saja uang tersebut cukup untuk membiayai sekolahnya, tetapi jawaban yang tidak disangka-sangka justru meluncur dari mulut mungilnya, “Sekolah tidak menghasilkan uang”

19 Januari 2012
lokasi: toko komputer Revo Technozone, Jl. Seturan Raya Utara (Timur Kampus UPN)
liputan oleh: Dimaz dan Rosyid

2 komentar:

Anonim mengatakan...

wah.....gaul bgt tu anaknya

diny_dinol mengatakan...

gaul dan mandiri...^^