Kamis, 19 Januari 2012

Cerpen: Malam-Malamku






Malam pertama


Aku dibawanya masuk ke kamar. Di sana-sini, di setiap sudut kamar tampak cantik dengan hiasan bunga-bunga, romantis. Aku tak berani menatap wajah lelaki yang berjalan di depan dengan menggenggam erat tangan kananku. Tangan kanan selalu menjadi simbol kebaikan, dan kuharap dia kunciku masuk ke Jannah, bersama. Wajahnya yang kuning langsat dan tubuh yang gagah berisi, membuat hatiku minus. Aku siapa? Hanya gadis jelek, hitam, dan tak menarik. Tapi dia menikahiku. Pernikahan menjadi kunci mutlak aku memiliki dia seutuhnya, jiwa dan raga.
Di atas ranjang bertabur hiasan bunga dia mendudukkanku. Matanya dalam memandang mataku, hatiku menciut. Malu dan kuyakin mukaku memerah. Dia masih lekat menatap kedua bola mataku. Perlahan, kurasakan air mata menetes melawan pertahanan kantung mataku.
“Kenapa kamu menangis dek?”
Hatiku terenyuh mendengar pertanyaan itu. Kenapa aku menangis? Ya, aku merasa kisah dongeng benar-benar terjadi dalam hidupku. Seorang pangeran muda, bertubuh gagah perkasa, menikahi aku seorang perawan tua. Bahkan aku tak tega mengingat berapa umurku kini, hanya membuat hatiku menciut. Satu-satunya yang mampu menjawab jumlah umurku adalah guratan keriput yang menjadi penghitung setia.
Tanpa sempat aku menjawab pertanyaan lelaki yang kini menjadi suamiku, dia kembali membuatku terkejut, dia membuat hatiku berbunga-bunga. Dengan khusyuk dia mencium keningku, sangat dalam hingga menembus hati, tenang.


Malam berikutnya


Telah seminggu aku melewati malam-malamku dengan lelaki itu. Dia suamiku, aku berhak atasnya, segala yang diharamkan menjadi halal untukku dan dia. Tetapi aku tak merasakan nikmatnya kehalalan itu. Dia suamiku. Dia membiarkanku merasakan nikmat yang tertahan.
“Sabar ya dek, semakin ditahan, semakin nikmat.”
Ucapan suamiku selalu coba kuturuti. Toh, hanya masalah memasukkan dalam lubang, mungkin suamiku butuh waktu untuk beradaptasi.
Malam ini, malam kesekian aku tidur bertolak punggung dengan laki-laki yang menjadi suamiku. Sebelum tidur, suaranya yang merdu membacakan kalam Illahi membuat hatiku sedih. Selalu aku dibuatnya menangis. Menangis yang indah dan nikmat, karena menangisi dosa-dosaku.
Suamiku, aku selalu sayang padanya. Dia mengisi kehampaan hatiku. Hampa yang disebabkan dosa-dosa yang kulakukan. Dia menjadi seorang tukang kebun yang setia menyirami taman gersang hatiku. Perkataannya halus dan sentuhannya lembut.
Malam ini, dia membaca ayat-ayat alquran lebih banyak dari biasanya. Aku mendengarnya sambil berbaring dengan membelakangi duduknya. Perlahan kurasakan air mata semakin deras menetes. Ketika suara sesenggukan tak sanggup kutahan, suamiku memelukku, menyadari kalau istrinya menangis.
“Kenapa dek?”
“Mendengar Mas membaca alquran membuat aku sedih dan menyesal. Kenapa dulu aku begitu mudah mengerjakan dosa.” Ucapku tanpa menoleh ke wajah suamiku yang menempel di pipi kananku.
“Setiap manusia tak pernah lepas dari dosa.”
Ucapan terakhir suamiku tak kudengar. Entah mengapa, timbul suatu perasaan dalam hatiku. Aku seperti menginginkan sesuatu, tetapi apa itu? aku nggak tau. Aku merasakan ada dorongan yang kuat dalam diriku. Dorongan itu menguasai segenap pikiranku, hingga tanpa sadar aku membayangkan intimnya malam pengantin.
Aku terus membayangkannya. Bayangan itu sangat jelas seolah banyangan itu adalah cermin diriku dan suami. Sampai akhirnya aku merasakan di satu sudut tubuhku lembap.


Malam berikutnya


“Mas, ibuku di kampung bertanya kapan aku hamil Mas?” aku memendam wajahku dalam-dalam di bawah ketiak suamiku. Aku tak jijik sedikit pun dengan ketiak itu. Bahkan ketika suamiku diare, aku yang mencuci kotorannya. Aku tak jijik. Keringat suamiku adalah keringatku. Aroma mulutnya ketika baru bangun tidur, menjadi aroma unik yang selalu aku rindukan bila berjauhan dengan suamiku.
“Sabar dek, sebelum kita punya anak kita harus melakukan prosesnya dulu.”
Aku diam. Aku tak melanjutkan pertanyaanku yang terkesan bawel. Aku tahu, kalau sudah menyangkut “proses”, itu menjadi sesuatu yang sensitive bagi suamiku.
Sudah beberapa bulan menikah, aku belum juga merasakan nikmatnya kehalalan “proses” itu. Beberapa kali aku coba meminta jawaban dari suamiku, tapi dia selalu memohon dengan sangat untuk jangan bertanya soal itu. Wajahnya langsung panik dan pucat ketika aku coba menanyakan alasannya menunda melakukan “itu”.
Pikirku, ya itu salah satu “masalah” yang harus aku hadapi. Mungkin itu salah satu kekurangan suamiku. Ada rasa kecewa yang menguasai hatiku setiap kali mendengar penolakan darinya. Rasanya seperti gagal diberikan hadiah oleh orang tua ketika kita masih kecil dulu. Ingin nangis, tapi tertahan. Ingin berontak, tapi ditahan. Semua harus dihadapi dengan kesabaran. Setidaknya dia telah sabar menerimaku sebagai perawan tua yang hitam, jelek, dan tak menarik.


Malam berikutnya


Aku marah, capek, bosan dengan perlakuan suamiku. Aku menangis, aku berteriak (walau hanya bisa di dalam hati). Aku terduduk di sudut kamar. Aku kesepian, aku nggak tahu harus bagaimana. Aku mengharapkan itu. Aku ingin jiwa ragaku benar-benar dikuasai suamiku. Aku ingin merasakan romansa berdua dengannya. Aku tak puas dengan sentuhan-sentuhannya, aku tak puas dengan ciumannya. Aku tak puas.
Suamiku masuk ke kamar. Wajahnya letih. Malam selarut ini dia baru pulang kerja. Menatapku dengan mata sembap, membuat suamiku bertanya-tanya. “Kamu kenapa sedih terus begitu? Ada masalah?” tanyanya kemudian sembari meletakkan tas hitamnya di atas meja.
Melihat ekspresinya ketika bertanya kepadaku, membuat hatiku bertanya-tanya, kenapa dia seolah tak menyadari kesalahannya, dia seolah tak menghargai keberadaanku sebagai istrinya. Aku berhak mendapatkan apa yang selama ini aku inginkan. Sudah 6 bulan, tetapi “menyentuh” pun tak pernah, apalagi “mendalami”. Aku muak dengan sikapnya yang sok suci itu.
“Mas…” aku bangkit dari dudukku, aku melihat tajam ke matanya. Aku berharap dia tahu kalau aku benar-benar marah dengan sikapnya yang tak adil denganku. “Mas, aku berhak atas Mas.”
“Kamu kenapa? Kok ngomong begitu?”
“Aku ingin Mas. Aku ingin Mas lebih dari kesan sesaat, aku ingin merasakan kesan yang mendalam.”
Suamiku kemudian mendekatiku. Aku diajaknya duduk di tepi ranjang. Dia membelai rambut panjangku yang khusus kurawat untuk hiasan di depan suamiku seorang. Wajahnya yang kumal dan tampak bintik-bintik keringat di sana-sini, membuat aku ingin mengelapnya dengan handuk.
“Mas letih dek, Mas mohon, jangan paksa Mas.”
Aku diam. Mencoba membuang wajahku. Walaupun aku sangat ingin sekali mengelap keringat di wajahnya. Aku sayang menyayangi suamiku. Bagiku, suamiku adalah laki-laki yang seksi. Melihatnya yang selalu bekerja keras demi keluarga memunculkan sesuatu yang aneh tapi menyenangkan di hatiku. Sesuatu yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata.
Tapi untuk malam ini, aku lawan keinginanku untuk berlemah-lembut dengan suamiku. Aku benci dia, aku benci dengan sikapnya yang tak pengertian denganku. Aku berkali-kali meminta, tapi tak dipenuhinya. Memang berat posisiku, aku tak berani memaksa, aku tak mau membuat suamiku sedih dan menyesal mendapatkan istri sepertiku. Sudah perawan tua, hitam, jelek, dan tak menarik. Aku tak ingin membuat suamiku menyadari kekuranganku yang lainnya, penuntut.


Malam berikutnya


Siang tadi rumahku kedatangan tamu. Setelah beberapa bulan tinggal di rumah suamiku ini, tak seorang pun yang datang bertamu ke rumah kami. Maklum saja, orangtuaku tinggal di Semarang sementara mertuaku ada di Sumatra. Kalau ada tetangga atau teman suamiku yang datang, mereka hanya sebatas duduk di teras, tak sampai berlama-lama mengobrol di ruang tamu. Jadi terasa berbeda ketika malam ini ada seseorang yang duduk berlama-lama di dalam rumah selain aku dan suamiku. Aku tak kesepian lagi.
Dia sepupuku. Saat ini sedang melanjutkan kuliah S2-nya di salah satu universitas negeri di Jogja. Selama kuliah, dia tinggal bersamaku dan suami. Hubunganku dengan sepupuku itu sangatlah dekat. Sejak SMP dan SMA, aku menumpang di rumah orang tuanya di Semarang. Maklum saja, setelah orangtuaku meninggal dunia, aku ikut dengan orangtua sepupuku itu, yang sekarang sudah seperti orangtua kandungku.


Malam itu aku menunggu suami, tapi tak kunjung pulang. Aku menonton acara di televisi ditemani sepupuku yang sibuk dengan tugas-tugasnya. Sebenarnya bukanlah tugas kuliah, tapi tugas hidupnya. Dia senang sekali menulis. Menulis baginya ibarat nyawa yang memberi kehidupan. Sepupuku itu bukan tipe manusia terbuka alias extrovert, sama sepertiku, lebih cenderung tertutup alias introvert. Dia pendiam dan jarang curhat, termasuk dengan orangtuanya sendiri. Maka menulis menjadi hobi sekaligus pelampiasan perasaannya.
“Mbak, kata Papa-Mama, kapan mereka punya cucu? Mereka udah nggak sabar menanti hadirnya cucu, kan anak mereka cuma kita.” Ucapnya dengan senyum merekah. Dia selalu menganggapku sebagai kakak kandungnya. Tetapi bagiku Papa-Mama bukanlah benar-benar orangtuaku. Dan sepupuku itu bukan adik kandungku. Aku tetap merasakan ada jarak di antara mereka. Walaupun aku menyebut sepupuku itu sebagai “adik sepupu”, tetapi sesungguhnya hubungan aku dan dia sebagai sepupu pun tak benar-benar dekat. Orangtuanya adalah teman akrab orangtuaku sejak orangtuaku masih sekolah dulu. Ketika orangtuaku meninggal karena kecelakaan, orangtuanya yang kemudian merawat dan membiayai sekolahku.
“Doakan saja, mudah-mudahan cepat hamil.” Jawabku datar
Suasana kembali hening. Aku mematikan televisi dan beralih membaca majalah. Kupilih-pilih majalah yang menumpuk di bawah meja. Aku mengangkat tumpukan majalah itu ke atas meja karena capek menunduk. Kupilih-pilih majalah yang semuanya milik suamiku. Aku lihat-lihat sampul majalah itu. Entah apa majalah ini, aku tak pernah mengetahui ada majalah ini di Jogja.


Kemudian, aku terkaget-kaget ketika mendapati majalah-majalah yang ada di tumpukan bawah adalah majalah-majalah bergambar vulgar. Nama majalah itu sudah sangat terkenal, karena memang majalah internasional. Tapi dari mana suamiku mendapatkan majalah ini? Untuk apa semua majalah ini.
Aku melihat-lihat isinya. Menakjubkan. Dengan melihat gambarnya saja, sudah memunculkan sensasi aneh dalam diriku. Seperti ada dorongan yang sangat kuat yang mendorong naluriku. Aku merasakan tubuhku panas-dingin. Bukan karena sakit tapi karena naluriku butuh penyaluran. Aku merasakan kelembapan di sudut-sudut tertentu di tubuhku.
Aku merasakan sensasi luar biasa. Apakah sensasi ini yang selalu diharapkan suamiku, makanya dia rela bersusah payah mencari majalah-majalah ini. Entahlah, aku tak tahu, pikiranku tak mampu berpikir karena fokusku terpusat pada lelaki yang duduk di atas permadani hangat itu. Lelaki yang duduknya membelakangiku. Walaupun membelakangi, seolah lelaki itu memanggilku untuk mendekati tubuhnya. Mengajakku merasakan kehangatan bersama. Aku terus menatap bagian belakang tubuhnya, bidang dan kekar. Aku menginginkannya, aku mendekatinya.
Tapi…
tapi aku tak sanggup melakukannya… “Aarrgggggg….”
“Kenapa Mbak? Kenapa teriak?”



gambar: deviantart.com

2 komentar:

Unknown mengatakan...

SELAMAT DATANG DI WWW.WSD4D.COM
Togel Online | Togel SGP | Togel HKG | Judi Online | Judi Bola
.
1 USER ID UNTUK SEMUA GAME
- SPORTSBOOK
- TOGEL
- 6 GAME POKER
- Casino
- Sabung ayam
- Tangkas
- Slotgame
- Habanero
- Tembak ikan
- Batu goncang
- dan game lainnya
.
BONUS YANG MENARIK DARI WSD4D(.)COM
- BONUS NEW MEMBER 100% SPORTSBOOK
- BONUS NEXT DEPOSIT 10%
- BONUS DEPOSIT 30% SPORTBOOK
- BONUS DEPOSIT SETIAP HARI UP TO 20,000
- DISKON TOGEL 2D : 29% | 3D : 59% | 4D : 65%
- BONUS CASHBACK UP TO 15% SPORTSBOOK
- BONUS CASHBACK SABUNG AYAM 5% UP TO 10%
- BONUS CASHBACK GAMES & TANGKAS 20%
- LIVE CASINO ROLLINGAN 0,8% (NO LIMIT)
- BONUS ROLLINGAN POKER & DOMINO 0,3%
- BONUS REFFERAL 2%
.
MIN DEPO & WD CUMA Rp.50.000,-
BCA - MANDIRI - BRI - BNI - DANAMON
UNTUK INFORMASI SELANJUTNYA BISA HUB KAMI DI :
LIVECHAT WSD4D(.)COM YANG ONLINE 24 JAM
Pin BBM : D887ECDB
LINE : wsd_4d
WECHAT : wsd_4d
SKYPE : VINA WSD
WA : +855964903955

WaletQQ mengatakan...

Ayo segera kunjungi agen poker dan domino online terpercaya di EsiaPoker

Nikmati berbagai keuntungan bermain di EsiaPoker !!!
► BONUS Double TurnOver/Cashback 0.5% Dibagikan Setiap Hari Rabu Dan Sabtu
► Bonus Referral 15% Seumur Hidup!!
► Minimal deposit/withdraw hanya "15.000"
► Game bisa dimainkan via HP Android/Iphone IOS
► Menyediakan 7 Game : Bandar Q - Bandar Poker - Adu Q - Domino QQ -Poker - Capsa Susun - Sakong (New)
► Bekerja sama dengan 7 bank Lokal Indonesia : BCA - BNI - BRI - CIMB - Mandiri - Danamon - Panin

Info Lengkap Hubungi :
🌐 Website : kartuesia*com / pokeresia.com ( * ganti jadi .)
📲 Pin BBM : 2BC3DD24
☎️ WA : +62 859 229 33716
☎️ Cp : +855 984 980 75
📱 Instagram : kartu_esia
󰀀 Facebook : PokerEsia

📣 Terima Kasih Salam ALL IN ♠♦♣♥